Palangka Raya, Jurnalborneo.co.id-Kotawaringin Barat memiliki 6 Kecamatan 81 Desa dan 13 Kelurahan serta luas wilayah 10.759 Km2 dengan jumlah penduduk 295.349 jiwa populasi 270,4 jiwa dengan laju pertumbuhan 1,27 %.
Angka harapan hidup pada tahun 2021 mencapai 70,68 tahun, capaian SPM di 2021 jumlah ibu bersalin yang mendapatkan pelayanan Kesehatan 92,28% dan jumlah bayi baru lahir yang mendapatkan pelayanan Kesehatan 97,09 %.
Untuk angka kemiskinan 2021 3,95 % dan Kotawaringin Barat memiliki 18 Puskesmas.
Gambaran prevelensi stunting Kotawaringin Barat tahun 2021 menurut data ePPGBM 9,68 % dan menurut data SSGI 23,4%.
Dalam Penanganan Stunting Pemerintah Daerah Kotawaringin Barat mengunakan kearifan lokal dengan semboyan “Jaga Huma Betang “ ( Jaga Hubungan kerja saMA BEraksi TAnggap stuntiNG ).
Kebijakan Pemerintah Daerah Kotawaringin Barat dalam Pencegahan dan Penurunan Stunting sesuai dengan semboyan Jaga Huma Betang yaitu
1. Memprioritaskan pencegahan stunting dalam program pembangunan daerah.
2. Membangun sistim perencanaan terintegrasi dan berjenjang dengan sistim keterpaduan dengan pelibatan SOPD terkait
3. Mengalokasikan anggaran sesuai prioritas masing-masing SOPD.
4. Membangun komitmen Pemerintah, masyarakat dan dunia usaha.
Strategi Pencegahan dan Penurunan Stunting Kotawaringin Barat mencakup perencanaan dan penganggaran, intervensi terintegrasi sampai dengan tingkat desa, koordinasi lintas sektor, singkronisasi kegiatan pusat dan daerah, melakukan inovasi dan mendorong praktik baik, pemantauan dan evaluasi.
Mengacu pada strategi pencegahan dan penurunan stunting di Kabupaten Kotawaringin Barat dan sebagai tindak lanjut dari Audit Kasus Stunting yang telah dilakukan pada bulan September dan Oktober 2022, Perwakilan BKKBN Provinsi Kalimantan Tengah bersama Tim Percepatan Penurunan stunting Kabupaten Kotawaringin Barat yang terdiri dari Dinas P3AP2KB, Tim Pakar/Ahli, camat, Kades, TP-PKK Prov. Kalteng dan Tim Pendamping Keluarga (TPK) melakukan kunjungan kepada keluarga risiko stunting yang ada di Desa Makarti Jaya sebagai bentuk pemantauan dan evaluasi pada Rabu (21/12/22).
Berdasarkan hasi Audit Kasus Stunting dan monitoring kedua balita ini indikasi dan penyebab risiko stunting di karenakan ibu balita saat hamil mengalami KEK, dalam keluarga pernah mengalami TB, sanitasi lingkungan kurang bersih, ada burung dan kelinci di dalam rumah, riwayat kelahiran premature, paparan asap rokok, bayi tidak menyusu ASI.
Dan intervensi yang telah dilakukan oleh para ahli/pakar pasca AKS adalah lebih meningkatkan konsumsi makanan dan suplemen, meningkatkan sumber energi, protein dan mineral, mengusahakan mendapatkan bantuan dari Pemerintah setempat,
Plt. Kepala BKKBN Prov. Kalteng Dr. Dadi Ahmad Roswandi, M.Si menyatakan kunjungan pada keluarga risiko stunting ini akan menjadi pemicu dan pemacu semangat orang tua anak yang mengalami risiko stunting untuk melakukan pola hidup sehat
Sesuai arahan dari para pakar dan ahli sehingga harapannya kondisi anak yang berisiko stunting bisa berangsur lebih baik.
Terkait dengan nutrisi dan asupan gizi dapat memanfaatkan panganan lokal yang tersedia di pekarangan yang merupakan wujud kearifan lokal.
Pada Kesempatan yang sama Kadis P3AP2KB Kabupaten Kotawaringin Barat melalui Kepala Bidang KB Jamin Ginting, SKM, MH menyatakan kunjungan bersama para pakar bertujuan untuk memastikan dan melihat perkembangan anak yang sesuai data Audit Kasus Stunting mengalami risiko stunting dan alhamdulillah ternyata kondisi anak ini sudah banyak kemajuan dan perkembangan setelah dilakukan edukasi dan perbaikan gizi oleh para ahli atau pakar dan harapan saya kondisi ini bisa dipertahankan.
Pada kesempatan yang sama Sekretaris Desa Makarti Jaya, Muhammad Fauzan yang hadir mewakili Kepala Desa menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak atas kunjungan ini dan pihak desa telah mempersiapkan anggaran-anggaran terkait masalah stunting dan selalu melakukan koordinasi dengan para bidan dan kader untuk permasalahan stunting.Tim