PALANGKA RAYA, JurnalBorneo.co.id – Bila berkaca dari tahun-tahun sebelumnya, yakni setiap menyongsong pergantian tahun maka Kota Palangka Raya selalu dihiasi dengan kehadiran para penjual jagung musiman.
Namun di penghujung tahun 2020 ini kehadiran para penjual jagung tidak seramai tahun-tahun sebelumya. Pandemi covid-19 yang belum juga mereda, tentu menjadi faktor utama menurunnya penjualan jagung menjelang pergantian tahun kali ini.
Sumi salah satu penjual jagung di kawasan Jalan G Obos Palangka Raya mengaku tidak berani berspekulasi membeli hasil panen dari sentra kebun jagung yang ada disejumlah kelurahan di Palangka Raya. Seperti dari Kalampangan atau Bukit Batu.
“Jagung yang kami jual tidak sebanyak tahun sebelumnya. Jadinya pemasukan akhir tahun ini menurun drastiis. Terlebih daya beli masyarakat menurun,”ujanya, Kamis (31/12/2020).
Menurunnya daya beli masyarakat akan komoditas jagung kata Sumi, lebih dikarenakan banyak orang yang tidak berani keluar rumah.
Terlebih adanya imbauan dari pemerintah jangan ada kerumunan ataupun perayaan akhir tahun supaya tidak terjadinya penyebaran covid-19.
“Nah ini akan berdampak pada daya bel jagung yang selama ini menjadi menu favorit bagi warga untuk menggelar acara bakar bakaran atau barbeque saat menyambut malam pergantian tahun,”imbuh Sumi.
Disebutkannya untuk seikat jagung muda (isi 10 jagung), harga bervariasi mulai dari 25 sampai 35 ribu rupiah tergantung besar kecilnya jagung. “Usaha menjual jagung sudah biasa dilakukan setiap pergantian tahun. Hitung-hitung sekali setahun hasilkan keuntungan,”pungkasnya. (mc isen mulang/fer)