Palangka Raya–jurnalborneo.co.id
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah menggelar Pertemuan HIV dan TB Joint Planning At Provincial Level Tahun 2024 di Provinsi Kalimantan Tengah, bertempat di Hotel Fovere Palangka Raya, Rabu (23/10/2024).
Kegiatan dibuka oleh Plt. Kasie Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Lilyk Rakhmawaty, mewakili Kepala Dinas Kesehatan Prov. Kalteng. Dalam sambutannya, ia mengatakan Tuberkulosis (TBC) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang masih menjadi tantangan di dunia dan di Indonesia. Saat ini Indonesia berada di urutan kedua di antara negara dengan beban TBC tertinggi di dunia. TBC merupakan penyebab utama kematian pada Orang dengan HIV (ODHIV).
“TBC juga merupakan salah satu infeksi oportunistik yang umumnya banyak terjadi dan menjadi penyebab utama kematian pada ODHIV. Kementerian Kesehatan bersama lembaga terkait telah menyusun “Petunjuk Teknis Kolaborasi TBC HIV” sebagai acuan bagi petugas fasyankes layanan TBC dan HIV maupun pengelola program TBC dan HIV, agar kolaborasi kegiatan bagi kedua program dapat berjalan secara sinergis dan harmonis,” ucapnya.
Menurutnya, HIV-AIDS dan TBC merupakan dua program yang sangat erat kaitannya, tuberkulosis dan HIV masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia dan di Indonesia, yang mendapat prioritas untuk segera diakhiri pada tahun 2030.
Di negara dengan beban ganda TBC dan HIV, risiko ODHIV mengalami TBC beresiko cukup tinggi, hal ini karena masih cukup rendahnya angka capaian pemeriksaan HIV pada Pasien TB di Kalimantan Tengah.
“Adapun situasi capaian di Provinsi Kalimantan Tengah per Juni tahun 2024 yaitu, capaian pasien TBC yang mengetahui status HIV sebesar 41% dari target 85%, capaian pasien TBC HIV yang mendapat ART sebesar 20% dari target 95%, capaian ODHIV baru di Skrinning TBC sebesar 86% dari target 95%, capaian ODHIV baru mendapatkan TPT sebesar 6% dari target 55%,” jelasnya.
“Pada kesempatan ini, kami mengharapkan untuk menanggulangi permasalahan tersebut, maka diperlukan upaya bersama baik dari program TB maupun dari program HIV untuk duduk bersama menyusun rencana strategis, menentukan tujuan, target dan tanggung jawab masing-masing unsur. Dengan konsep one stop service ini diharapkan pasien dengan TB HIV bisa diobati secara tepat, sehingga Loss To Follow Up bisa diminimalkan dengan baik,” tutupnya.
Adapun Narasumber pada kegiatan ini yaitu Probo Wuryantoro dan Tria Pertiwi, serta dihadiri oleh peserta kegiatan Penanggungjawab Program TB dan HIV Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Layanan.(red).