Palangka Raya, jurnalborneo.co.id – Wakil Ketua Bidang Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Provinsi Kalimantan Tengah, Syairi Abdullah menyatakan optimistis bahwa perayaan Natal 2024 dan tahun baru 2025 di provinsi itu akan berjalan dengan aman dan damai.
Optimistis itu menurut Syairi, bukan tanpa alasan. Karena dia menilai Kalteng adalah miniaturnya Indonesia yang memiliki keragaman luar biasa.
“Kalteng ini seperti miniatur Indonesia, beragama suku dan agama ada di Bumi Tambun Bungai, dan semua hidup rukun dan damai, saling menghargai perbedaan baik agama maupun suku dengan prinsip dimana bumi dipijak disana langit dijunjung,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Syairi, penghargaan masyarakat Kalteng atas keberagaman juga tergambar jelas dengan falsafah Huma Betang.
“Kita sebagai warga yang menghargai filosofi Huma Betang harus bisa menjaga dan merawat keragaman ini agar Kalimantan Tengah lebih berkah. Berkah dihadapan manusia dan berkah dihadapan Tuhan. Termasuk pada momentum perayaan Natal bagi umat Kristiani,” ujarnya.
Meski demikian, Syairi tetap mengimbau agar semua elemen masyarakat agar selalu waspada dengan adanya kemungkinan pihak-pihak yang ingin merusak kedamaian Kalteng. Baik itu melalui propaganda intoleransi dan radikalisme.
Lebih lanjut dia menegaskan, semua warga negara Indonesia berhak mendapat ketenangan dalam merayakan hari besar sesuai keyakinan yang mereka anut.
“Kita berharap jangan sampai di Kalteng ini ada pelarangan ibadah sesuai agama dan keyakinan masing-masing, sebagaimana kita dengar terjadi di daerah-daerah lain,” tegas dia.
“Kita diminta untuk hidup beragama, memiliki agama dan bertoleransi dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara. Itu sangat tegas makna dan nilai dalam sila pertama Pancasila tersebut,” lanjutnya.
Terpisah, Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Kalimantan Tengah Prof. Khairil Anwar juga berharap momentum Natal 2024 dan tahun baru 2025 di Bumi Pancasila dapat berjalan dengan aman, damai dan kondusif.
Khairil menekankan, peran tokoh agama, tokoh adat, dan tokoh masyarakat dalam upaya mencegah intoleransi, radikalisme, dan terorisme di Kalimantan Tengah.
“Mari kita jaga kedamaian Kalimantan Tengah ini. Masyarakat Kalteng yang plural dan multikultural, terdiri dari beragam agama, suku, etnis, budaya, tradisi, dan bahasa. Kebhinnekaan, keberagaman dan perbedaan tersebut adalah satu keniscayaan yang diciptakan oleh Tuhan YME,” katanya. (red)