PALANGKARAYA, Jurnalborneo.co.id — Program Jangka Benah, saat ini, menjadi opsi terbaik guna menyelesaikan permasalahan 3,4 juta hektar kebun sawit di dalam kawasan
hutan.
Hal ini disampaikan Dr. Hero Marhaento, S.Hut., M.Si, Ketua Tim Strategi Jangka Benah
Fakultas Kehutanan UGM, kepada wartawan Selasa (14/6/2022) di Kantor Dinas Perkebunan Kalimantan Tengah.
Hero menambahkan petani, pelaku usaha, menjadi aktor utama strategi jangka benah dalam perbaikan kualitas lingkungan (hutan) sekaligus perbaikan ekonomi masyarakat.
Menurut Hero, strategi jangka benah merupakan investasi, peluang untuk
meningkatkan kesejahteraan, bukan
sebaliknya untuk merugikan.
“Jangka benah sudah menjadi kebijakan nasional melalui PP 23 dan PP 24, bahwa pelaku usaha di dalam kawasan hutan berupa kebun sawit harus melaksanakan kewajiban penyelesaian secara admistratif dan juga diikuti dengan jangka benah,” jelas Hero.
Menurut Hero, uji coba jangka benah sudah diterapkan di dua lokasi di Kalimantan Tengah.
Pertama, di Desa Karang Sari Kecamatan Parenggean Kabupaten Kotim. Ada demplot seluas 50 hektar melibatkan 30 petani.a
“Sekarang masih diproses ijin perhutanan sosialnya. Karena kami ingin mendapatkan akses legalitas bagi masyarakat, kelompok tani hutan untuk mengelola kawasan hutan,” ujar Hero.
Kedua, jangka benah di Desa Pangkut Kecamatan Arut Utara Kabupaten Kobar dengan luas 50 hektar dan 20 petani.
Dalam program jangka benah, para petani sawit dapat menanam Jengkol, Sungkai, Jelutung, Sengon, Cengkeh, atau tumbuhan lainnya yang disesuikan dengan kondisi lahan sawit yang ada.
Program jangka benah merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah keterlanjuran perkebunan sawit di kawasan hutan.
Sementara itu, Plt Kadis Perkebunan Kalimantan Tengah H. Rizky Ramadhana Badjuri, ST. MT menyambut baik Jangka Benah yang sudah menjadi kebijakan nasional.
“Selaku pemerintah provinsi melalui dinas perkebunan, atas arahan bapak gubernur agar permasalahan sawit agar dapat dituntaskan,” ujar Rizky.
Rizky berharap semoga program jangka benah menjadi solusi permasalahan di perkebunan sawit.
“Kami berharap tidak hanya dilakukan di perkebunan sawit di masyarakat, tetapi jangka benah juga dilakukan di perusahaan agar dapat mengangkat harkat dan martabat Kalteng. Kita punya cita-cita Kalteng sebagai paru-paru dunia. Tanpa merusak investasi yang sudah ada di Kalteng,” ujar Rizky.
Acara pemaparan singkat jangka benah juga dihadiri Dr. Hery Santoso Perwakilan Tim SPOS Indonesian Yayasan KAHATI, Dr. Ir. Yanarita, MP Anggota Tim Jangka Benah Fakultas Pertanian Univ. Palangka Raya, dan Stevie Vista N, S.Hut. MSc Assisten Peneliti Tim Jangka Benah Fak Kehutanan UGM. (ari)