Palangka Raya, jurnalborneo.co.id – Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah (Kadinkes Prov. Kalteng) menggelar Pelatihan Komunikasi Antar Pribadi (KAP) Bagi Tenaga Kesehatan Dalam Percepatan Pencegahan Stunting Angkatan II, bertempat di Aquarius Boutique Hotel Palangka Raya, Selasa (8/8/2023). Kegiatan ini dibuka oleh Kepala Dinas Kesehatan Prov. Kalteng Suyuti Syamsul.
Kadis Kesehatan dalam sambutannya memaparkan bahwa Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak usia di bawah lima tahun (balita) yang disebabkan kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang. Serta stimulasi psikososial yang tidak memadai, terutama dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan yakni sejak janin hingga anak usia 2 tahun.
“Hal ini berisiko pada hambatan pertumbuhan fisik dan kerentanan anak terhadap penyakit, yang juga menyebabkan hambatan perkembangan kognitif yang akan berpengaruh pada tingkat kecerdasan dan produktivitas anak di masa depan,” bebernya.
Ia menjelaskan, Kementerian Kesehatan memiliki target Kabupaten/Kota untuk melaksanakan KAP di minimal 70% Desa Prioritas. Untuk itu, diperlukan strategi yang tepat dalam rangka percepatan pencegahan stunting sesuai konteks lokal dan kebutuhan program yang fokus pada perubahan perilaku, melalui KAP. Khususnya yang terkait dengan enam pesan kunci, yaitu Pertama, ibu hamil mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) setiap hari selama kehamilan. Kedua, ibu hamil mengikuti kelas ibu hamil minimal empat kali selama masa kehamilan.
Kemudian yang ketiga, ibu melakukan Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak (PMBA) secara tepat, melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD), memberi ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan, serta memberi makanan pendamping ASI dan memberi ASI hingga anak berusia dua tahun. Keempat, ibu membawa balita secara rutin ke Posyandu sebulan sekali untuk pemeriksaan tumbuh kembang. Kelima, ibu, anak, dan seluruh keluarga cuci tangan pakai sabun (CTPS) dengan air mengalir di waktu-waktu penting. Keenam, ibu, anak serta seluruh keluarga menggunakan jamban sehat.
“Tanpa adanya perubahan perilaku dari masyarakat, maka percepatan pencegahan stunting akan sulit dilakukan. Komunikasi perubahan perilaku menyediakan lingkungan pendukung yang memungkinkan individu dan masyarakat untuk berinisiatif, mempraktikkan, dan mempertahankan perilaku positif yang diharapkan tersebut,” ungkapnya.
Lebih lanjut Suyuti menambahkan, untuk menjangkau sasaran di seluruh daerah, diperlukan dukungan berupa peningkatan kapasitas yang memadai sesuai fungsi dan perannya, baik dari pusat sampai daerah. Sehingga, program percepatan pencegahan stunting yang dilaksanakan dapat berjalan efektif dan efisien sesuai harapan. Oleh sebab itu, Pelatihan Komunikasi Antar Pribadi (KAP) diperlukan agar dapat mempersiapkan tenaga kesehatan Kabupaten/Kota, untuk selanjutnya melakukan orientasi di wilayah masing-masing bagi tenaga kesehatan Puskesmas sampai Kader-Kader Kesehatan di Desa/Kelurahan.
“Saya mengajak rekan-rekan peserta pelatihan yang terdiri dari tenaga kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten dan Puskesmas, untuk lebih giat dalam mendorong rekan-rekan sejawat lainnya serta para kader-kader kesehatan di lapangan, supaya menggunakan teknik-teknik komunikasi antar pribadi secara efektif dalam mengajak masyarakat untuk lebih peduli masalah kesehatan khususnya dalam pencegahan stunting,” katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Fery Iriawan dalam laporannya mengharapkan setelah mengikuti pelatihan ini, peserta mampu menerapkan Komunikasi Antar Pribadi (KAP) dan mengajarkan Komunikasi Antar Pribadi bagi kader dalam percepatan pencegahan stunting.
“Komunikasi Antar Pribadi dapat diterapkan guna mendukung peran dan tugas tenaga kesehatan untuk membantu dalam percepatan pencegahan stunting bahkan dapat menjadi acuan untuk merubah perilaku masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan,” tandasnya.
Peserta pertemuan yang hadir terdiri dari Petugas Pemegang Program Promkes dan Pemberdayaan Masyarakat, Program GKIA, Program Kesling serta Petugas Pemegang Program dari Puskesmas. (red)