Kotawaringin Barat–jurnalborneo.co.id
Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) University dalam bentuk MoU, salah satunya dalam pengembangan sektor kelautan dan perikanan Kalimantan Tengah.
Pemprov Kalteng melalui Dinas Kelautan dan Perikanan (Dislutkan) Prov. Kalteng sebagai leading sector bidang kelautan dan perikanan, menindaklanjuti Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University tentang kegiatan Pelatihan dan Pengembangan Budidaya Kepiting Bakau (Scylla serrata) dengan metode Sylvofishery pada Ekosistem Mangrove. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Dislutkan Prov. Kalteng bekerja sama dengan Tim Pemberdayaan Masyarakat FPIK IPB melalui kegiatan Pelatihan dan Pendampingan Budidaya Kepiting Bakau (Scylla serrata) dengan metode Sylvofishery pada Ekosistem Mangrove, di Desa Teluk Bogam Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Minggu (23/6/2024).
Kegiatan yang dimulai sejak tanggal 21 Juni 2024 ini diawali dengan pelatihan yang dilanjutkan dengan pendampingan budidaya Kepiting Bakau (Scylla serrata) metode silvofishery. Kegiatan pelatihan dan pendampingan dilakukan melalui pemberian teori dan praktek langsung di lapangan, yaitu pembuatan pagar kepiting. Dalam penyelenggaraan kegiatan tersebut, Tim Dislutkan Prov.
Kalteng didampingi Tim Pemberdayaan Masyarakat dari FPIK IPB melibatkan masyarakat yang dibina, yaitu kelompok budidaya kepiting bakau Alam Indah Lestari Desa Teluk Bogam. Kelompok ini diberikan bantuan berupa alat tangkap Bubu sebanyak 10 buah untuk masing-masing anggota kelompok dan alat tangkap Jaring untuk dipakai per kelompok. Bubu ini nantinya akan digunakan untuk menangkap kepiting, sementara jaring digunakan untuk menangkap ikan sebagai makanan atau umpan kepiting yang akan dibudidaya.
Kepala Desa Teluk Bogam M. Yusran mengatakan bahwa masyarakat Desa Teluk Bogam sangat antusias dengan adanya kegiatan ini.
“Kami berterima kasih atas perhatian Gubernur Kalimantan Tengah Bapak H. Sugianto Sabran yang telah memilih Desa Teluk Bogam ini menjadi lokasi kegiatan pelatihan dan pengembangan budidaya kepiting bakau dengan sistem silvofishery,” ungkap Yusran.
Menurutnya, di Desa Teluk Bogam memang banyak terdapat kepiting bakau dan pesisir pantainya juga memiliki hutan mangrove yang cukup baik, sehingga cocok untuk budidaya kepiting sistem silvofishery.
Sementara itu, Ketua Tim Pemberdayaan Masyarakat FPIK IPB Sulistiono mengatakan salah satu model perikanan kepiting yang cukup baik adalah model silvofishery.
“Silvofishery adalah salah satu konsep dalam pengelolaan sumber daya pesisir yang mengintegrasikan konservasi mangrove dengan budidaya air payau. Harapannya, melalui kegiatan ini masyarakat memiliki keterampilan yang lebih baik dalam memelihara atau membudidayakan kepiting sehingga masyarakat dapat memiliki pendapatan yang lebih baik,” kata Sulistiono.
Menanggapi hal ini, Kepala Dislutkan Prov. Kalteng H. Darliansjah yang ditemui secara terpisah menjelaskan bahwa kerja sama Pelatihan dan Pendampingan Budidaya Kepiting Bakau (Scylla serrata) dengan Metode Sylvofishery pada Ekosistem Mangrove di Desa Teluk Bogam bersama FPIK IPB University ini sebagai dukungan terhadap komitmen Gubernur Kalimantan Tengah H. Sugianto Sabran, yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kalimantan Tengah khususnya masyarakat pesisir yang bekerja pada sektor kelautan dan perikanan. Kegiatan pelatihan budidaya kepiting bakau bertujuan untuk memberdayakan masyarakat pesisir Kalimantan Tengah khususnya di Kabupaten Kobar melalui budidaya kepiting bakau dengan system silvofishery.
“Harapan kami melalui kerja sama ini, masyarakat pesisir Kalimantan Tengah memiliki kemampuan untuk melakukan kegiatan budidaya kepiting bakau dengan sistem silvofishery, agar nantinya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat pesisir terhadap potensi ekosistem mangrove. Kami pun berharap dengan pendampingan Tim Dosen dari FPIK IPB University dalam mengembangkan silfofishery, tidak hanya meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir Kalimantan Tengah, namun juga sekaligus menjaga kelestarian ekosistem mangrove,” tutup Darliansjah.
Sebagai informasi, silvofishery merupakan salah satu alternatif untuk menjaga pelestarian hutan mangrove dengan melakukan budidaya di kawasan pertambakan tradisional yang bermuara untuk kepentingan pelestarian lingkungan hutan bakau. Silvofishery adalah sistem pertambakan teknologi tradisional yang menggabungkan antara usaha perikanan dengan penanaman bakau yang diikuti konsep pengenalan sistem pengelolaan, dengan meminimalkan input dan mengurangi dampak terhadap lingkungan. (Red).