PALANGKA RAYA, JurnalBorneo.co.id – Pandemi Covid-19 yang melanda seantero negeri masih belum ada tanda-tanda akan berakhir. Kegiatan sosial-ekonomi terganggu, jutaan orang terpapar dan tak sedikit jumlahnya yang harus dikirim ke liang lahat dengan prosedur pemakaman khusus. Miris, banyaknya korban berjatuhan tampaknya tak membuat sebagian orang takut terhadap ganasnya virus corona.
Beberapa pekan terakhir kasus penularan Covid-19 di Indonesia meningkat. Varian baru virus corona Delta atau B.1.617.2 ternyata juga telah menyebar hingga ke tanah air. Virus corona Delta merupakan varian mutasi , pertama kali terdeteksi di India dan telah menyebar ke lebih dari 60 negara. Menurut para ahli, varian virus corona B.1.617.2 lebih cepat menular . Anak-anak, ibu hamil dan ibu menyusui berpotensi terpapar virus jenis ini.
Gencarnya pemberitaan meningkatnya penularan Covid-19 di berbagai media ternyata tak membuat sebagian warga waspada, apalagi takut. Mereka merasa ‘kebal’ sehingga mengabaikan penggunaan masker dan menjaga jarak dalam melakukan aktifitas. Kalaupun ada yang menggunakan masker terkesan hanya untuk memenuhi persyaratan formal. Masker tidak digunakan untuk menutup hidung dan mulut, melainkan bagian dagu dan leher.
Fenomena apatisme masyarakat terhadap pandemi Covid-19 terlihat di ruang publik seperti pasar tradisional, angkutan umum , kegiatan keagamaan , hingga kedai –kedai penjual makanan dan minuman.
Terlepas rendahnya kesadaran sebagian masyarakat, masker sebenarnya bukan jenis barang mahal dan sulit didapatkan. Bahkan dapat dibuat sendiri. Dalam penelitian yang dilakukan di Cambridge pada tahun 2013, bahan kain yang digunakan untuk masker non medis ternyata cukup efektif menahan penularan virus. Ini dikarenakan ukuran Virus COVID 19 sendiri yakni sebesar 0,12-0,18 mikron.
Dari hasil penelitian terhadap partikel yang berukuran 0,02 mikron, Masker Bedah mempunyai efektifitas 97 persen. Sementara itu, bahan kain sejenis lap yang digunakan sebagai masker, mempunyai efektifitas hingga 83 persen bila digunakan 1 lapis. Sedangkan bila digunakan dua lapis, maka efektifitasnya sampir sama dengan Masker Bedah yaitu 93 persen. Sementara masker yang terbuat dari bahan kain katun bila digunakan satu lapis memiliki efektifitas hingga 69 persen. Dan bila digunakan dua lapis efektifitasnya menjadi 71 persen.
Hasil penelitian tak lagi dapat dibantah bahwa penggunaan masker dapat mencegah penularan Covid-19. Ancaman paparan virus terhadap manusia semakin nihil bila masyarakat juga teguh memegang disiplin selalu mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas.
Kesadaran Publik
Tak terbilang sudah seberapa sering sosialisasi terkait pandemi Covid-19 dilakukan pemerintah pusat dan daerah . Baik melalui media elektronik, cetak dan online. Ratusan miliar digelontorkan untuk mencegah pencemaran virus.Tujuannya untuk menggugah nalar publik bahwa saat ini kita sedang menghadapi persoalan serius yang harus ditangani bersama. Semua pihak harus terlibat , termasuk penyintas Covid-19 agar pandemi tidak berkepanjangan.
Bila tidak ditangani secara serius pandemi Covid-19 tidak hanya akan mendegradasi perekonomian, tapi juga akan mereduksi peradaban karena menurunnya kualitas kehidupan sosial.
Selama ini imbauan pemerintah agar masyarakat selalu mematuhi protokol kesehatan dianggap angin lalu oleh sebagian masyarakat. Keputusan pemerintah menerbitkan berbagai kebijakan untuk menekan penyebaran Covid-19 di sejumlah daerah justru mendapat perlawanan.
Sejak pandemi Covid-19 merebak , setidaknya ada dua keputusan yang dikeluarkan pemerintah, yaitu Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat(PPKM). Kebijakan itu sempat mengundang kritik. Alasannya, pembatasan kegiatan akan menyusahkan, karena masyarakat tidak dapat berusaha mencari nafkah.
Keputusan pemerintah tersebut terbukti cukup berhasil menekan penularan virus Covid-19. Dapat dibayangkan, bila saja pemerintah kurang tegas , bisa jadi tsunami Covid-19 yang terjadi di India juga akan melanda Indonesia. Sikap abai sebagian masyarakat terhadap bahaya penularan Covid-19 harus diakhiri. Masyarakat harus memiliki kesadaran publik untuk mematuhi protokol kesehatan.
Perkembangan Covid-19 Provinsi Kalimantan Tengah kondisi 20 Juni 2021 pukul 15.00 WIB tercatat sebanyak 24303 orang terkonfirmasi terpapar Covid-19, dalam perawatan 1244 orang, sembuh 22411 orang dan meninggal sebanyak 648 orang. Dari peta sebaran kasus Covid-19 kabupaten/kota di Kalimantan Tengah , tiga kabupaten/kota memiliki kasus terkonfirmasi cukup tinggi,yaitu Kota Palangka Raya, 6960 orang, Kabupaten Kotawaringin Barat, 3993 orang dan Kabupaten KotawaringinTimur, 2902 orang.
Penularan Covid-19 sangat masif dan tidak memilih strata sosial. Bila kurang disiplin menjalankan protokol kesehatan siapapun dapat tertular dan berpotensi menularkan virus kepada orang lain.
Data BPS Februari 2021, selama pandemi di Kalimantan Tengah terdapat 109,90 ribu orang (5,4 persen penduduk usia kerja) yang terdampak Covid-19. Penduduk yang terdampak Covid-19 terdiri dari Pengangguran karena Covid-19 (1,43 ribu orang), Bukan Angkatan Kerja (BAK) karena Covid-19 (3,99 ribu orang), Sementara Tidak Bekerja karena Covid-19 (11,9 ribu orang) dan Pengurangan Jam kerja karena Covid-19 (92,58 ribu orang).
Dari data tersebut menggambarkan bahwa pandemi Covid-19 cukup berpengaruh terhadap ketenagakerjaan, pandemi juga mereduksi jam kerja karyawan dari kondisi normal sekitar delapan jam per hari. Pengurangan jam kerja akan berpengaruh pada produktifitas dan pelayanan publik.
Survei Dampak Covid-19 terhadap Pelaku Usaha yang dilakukan BPS menyebutkan, di Kalimantan Tengah selama pandemi beberapa perusahaan skala Usaha Menengah Kecil (UMK) dan Usaha Menengah Besar(UMB) mengalami penurunan pendapatan. Rinciannya, UMK turun sekitar 79,51 persen dan UMB turun 77,89 persen.
Sementara dari kategori Sektor Usaha terdapat empat jenis usaha yang mengalami penurunan usaha tertinggi, yaitu Jasa lainnya (96,30 persen), Transportasi dan Pergudangan(95,45 persen), Akomodasi dan Makan Minum(93,18 persen) dan Konstruksi(91,67 persen).
Survei yang dilaksanakan secara daring di 14 kabupaten/kota pada Juli 2020 tersebut juga mencatat, selama pandemi berlangsung perusahaan skala UMK dan UMB membutuhkan bantuan modal untuk kelangsungan usahanya. Bantuan modal menempati presentase tertinggi kebutuhan selama pandemi, yaitu UMK(60,24 persen) dan UMB(48,42 persen).
Kebutuhan lain adalah adanya kebijakan relaksasi/penundaan pembayaran pinjaman dan penundaan pembayaran pajak. Kemudian adanya kemudahan administrasi untuk pengajuan pinjaman dan keringanan tagihan listrik untuk usaha.
Kasus terkonfirmasi Covid-19 di Kalimantan Tengah cenderung meningkat, meskipun angkanya tidak signifikan. Sementara angka kesembuhan juga cukup tinggi setiap harinya. Meskipun demikian, semua pihak harus tetap peduli dan waspada akan penyebaran Covid-19. Pemerintah tidak dapat berjalan sendiri menekan laju penyebaran virus, masyarkat harus turut terlibat membangun kesadaran pentingnya kesehatan bersama. Pemuka masyarakat, tokoh agama, RT-RW dan komunitas masyarakat diharapkan aktif mengantisipasi dan menyuarakan bahaya Covid-19.** (Fungsional Statistisi BPS Kalimantan Tengah)
BIO DATA PENULIS :
Nama Bambang M Permadi,S.IKom
Pendidikan Strata-1/Ilmu Komunikasi
Alamat Jl.Ulin No.10 RT 03 RW.02, Kelurahan Panarung,
Palangka Raya
Pekerjaan ASN/Statistisi Ahli pada BPS Provinsi Kalimantan Tengah
Telepon/WA 081349116305
E-mail bambang065@gmail.com
**Note : Statistisi adalah nama jabatan fungsional di BPS