SAMPIT, JurnalBorneo.co.id – Ketua DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Rinie, mendorong pemerintah kabupaten bertindak cepat menangani korban kebakaran Pasar Desa Pundu, Kecamatan Cempaga Hulu, baru-baru ini. Hal ini dilakukan agar para korban agar tidak sampai telantar.
“Langkah cepat tentu harus dilakukan, khususnya dalam memenuhi kebutuhan dasar para korban. Saya mengapresiasi karena sudah ada dapur umum didirikan untuk membantu korban kebakaran,” kata Rinie di Sampit, Selasa (4/10/2022).
Dijelaskannya, kebakaran adalah musibah yang tidak dikehendaki oleh siapapun. Diharapkan para korban kebakaran diberi ketabahan dan kekuatan dalam menghadapi musibah tersebut.
Rinie meminta pemerintah bertindak cepat membantu para korban. Selain memenuhi kebutuhan konsumsi, diharapkan ada pendampingan dalam memulihkan kondisi psikologis korban kebakaran dari trauma atas musibah tersebut.
Pemerintah daerah juga harus memperjuangkan kepada pemerintah pusat agar seluruh korban kebakaran mendapat bantuan, sehingga bisa terbantu dalam membangun kembali rumah mereka.
Dia yakin pemerintah pusat akan membantu karena jumlah warga yang menjadi korban musibah kebakaran ini cukup banyak. Warga kehilangan tempat tinggal, bahkan tempat usaha dan barang dagangan yang selama ini menjadi mata pencaharian mereka menghidupi keluarga.
Di sisi lain, ini juga menjadi momen bagi pemerintah untuk menata Pasar Pundu. Tujuannya agar pembangunan Pasar tradisional itu ke depannya bisa lebih baik.
Pembangunan kembali Pasar Pundu diharapkan bisa dilaksanakan dalam waktu cepat. Pasar ini sangat dibutuhkan masyarakat dan menjadi tempat perputaran ekonomi masyarakat.
Musibah kebakaran Pasar Desa Pundu terjadi pada Senin (3/1/2022) sekitar pukul 14.15 WIB. Tercatat ada 67 bangunan ludes terbakar yang terdiri dari rumah dan kios. Selain itu ada dua mobil dan dua sepeda motor juga ikut hangus terbakar.
Seorang pedagang bernama Muhammad Mu’thi (53) meninggal dunia di RS Pundu, diduga akibat serangan jantung setelah melihat rumahnya juga terbakar dalam musibah itu. (red)