PALANGKA RAYA, jurnalborneo.co.id — Berdasarkan hasil riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan setiap 5 tahun sekali, angka prevalensi stunting di Kalimantan Tengah trendnya terus mengalami penurunan yaitu 41,3 persen pada tahun 2013 dan 34 persen pada tahun 2018.
Kemudian dari hasil Studi Status Gizi Balita Indonesia (SSGI) tahun 2019 sebesar 32,3 persen dan berdasarkan SSGI tahun 2021 angka prevalensi stunting di Kalimantan Tengah 27,4 persen dan target penurunan stunting 2022 adalah 23,24 persen serta target 2023 19,30 persen dan target 2024 15,38 persen.
Walaupun dari tahun ke tahun angka prevalansi stunting di Kalimantan Tengah mengalami penurunan, namun masih ada beberapa Kabupaten yang angka stuntingnya tergolong masih tinggi yaitu Kabupaten Gunung Mas dengan angka stunting menurut data SSGI tahun 2021 sebesar 35,9 persen, Barito Timur 33,7 persen, Kotawaringin Timur 32,5 persen dan terendah berada di Kabupaten Lamandau yaitu 23,2 persen.
Menangapi tingginya angka stunting di Kabupaten Gunung Mas Plt. Kepala BKKBN Prov. Kalteng Dr. Dadi Ahmad Ruswandi, M.Si mengharapkan kepada Tehnical Assisten Percepatan Penurunan Stunting yang bertugas di Kabupaten Gunung Mas agar dapat bersama-sama lintas sektor bersinergi mengani masalah stunting, sehingga target penurunan stunting Kalimantan Tengah tahun 2024 sebesar 15,38 persen akan bisa tercapai.
“Satgas Stunting adalah unit implementasi program percepatan penurunan stunting yang memiliki akses untuk koordinasi serta kapasitas untuk memberikan penguatan, pemantauan dan dukungan teknis kepada para pemangku kepentingan percepatan penurunan stunting di Kabupaten Gunung Mas,” ungkap Dadi
Sementara itu Koordinator Program Manager Satgas Stunting Prov. Kalteng Dewi Ratna Juwita, M.Pd dalam penjelasanya menyatakan kepada satgas stunting yang ada di Kabupaten Gunung Mas untuk lebih konsen dalam mengawal data-data keluarga berisiko stunting yang ada di Kabupaten Gunung Mas baik itu ibu hamil, ibu nifas/menyusui, balita dan baduta. (red)