Palangka Raya, Jurnalborneo.co.id – Di awal merebaknya virus corona (Covid-19), para penjual jamu di Palangka Raya Kalimantan Tengah, sempat menikmati lonjakan omzet yang tinggi. Tapi kini, pedagang jamu mulai mengeluhkan penjualan yang saban hari semakin anjlok.
Sugianto, salah satu penjual jamu yang mangkal malam hari di seputaran jalan RTA Milono – seberang Jiwasraya Palangka Raya, mengatakan, omzet beberapa hari terakhir bahkan terkadang lebih rendah dibandingkan saat situasi normal sebelum corona.
“Saat ini orang sudah jarang beli jamu, mungkin karena situasinya sedang sulit. Orang sedang menghemat uang buat beli apapun, banyak juga orang yang berhenti bekerja. Sehingga dampaknya penjualan jamu menurun drastis,” ujar Sugianto, yang berasal dari Karanganyar.
Saat-saat awal geger Covid-19, Sugianto mengaku bias mengantongi omzet hingga Rp800 ribu dalam semalam. Kini omzetnya turun hingga Rp350.000 – 450.000 per malam. Pendapatan ini masih kotor, belum dikurangi modal.
“Saat ini mengantongi Rp.350 ribu per malam juga sudah syukur. Yang penting ada pemasukan. Saya biasanya jual jamu gerobak ini sejak pukul 7 malam hingga 11.30-an malam. Setelah ituistirahat pulang,” ujar Sugianto yang sudah 6 tahun berjualan jamu dengan gerobak dorong tersebut.
Sugianto yang sebelumnya pernah bekerja di Jambi ini mengungkapkan, pembeli jamu kini tampaknya sudah mulai terbiasa, bahkan sudah mulai tak terlalu peduli dengan pandemi virus covid-19 ini.
“Menurun drastic sekarang jualan jamu. Para pembeli sudah tak peduli Covid-19. Malah orang sekarang lagi irit kalau bias dibilang,” ujarnyalagi.
Pantauan jurnalborneo.co.id di pasaran Palangka Raya, harga untuk bahan baku jamu di pasar berangsur sudah mulai turun, kecuali harga jahe merah yang saat ini masih dijual di hargaRp70.000/kg. Lalu jahe putih juga masih mahal Rp35.000/kg. Kencur Rp55.000/kg, temulawak Rp7.000/kg, kunyit Rp3.500/kg.
Dilansir dari pemberitaan sejumlah media online nasional, sebelumnya, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki sempat mengatakan, pelaku UKM khususnya yang bergerak di sektor ramuan tradisional atau jamu justru diuntungkan.
Pasalnya, dengan merebaknya isu virus Covid di Indonesia sejak beberapa waktu lalu, permintaan terhadap komoditas pangan untuk jamu terus meningkat.
Selain itu, merebaknya virus Corona juga menguntungkan bagi pelaku UKM yang bergerak di sektor agrikultur. Hal ini sejalan dengan meningkatnya permintaan terhadap bahan untuk jamu.
Isu melonjaknya beberapa hargakomoditas pangan akibat virus corona menjadi momentum yang tepat untuk mengkonsolidasikan para pelaku UKM dari berbagai sektor. Oleh karenanya, perlu didorong seluruh sector pelaku UKM berkonsolidasi untuk memaksimalkan peluang dari virus corona. (tim)