Palangka Raya, jurnalborneo.co.id-17 Februari 2021, waktu bagi pasangan Bupati dan Wakil Bupati Kotawaringin Timur H Supian Hadi dan H Muhammad Taufiq Mukri menggenapkan kepemimpinan menjadi kepala daerah selama dua periode.
Duet yang diakronim SAHATI, menjadi pasangan pada kontestasi pemilihan kepala daerah (Pilkada) pada tahun 2010 yang diikuti 7 pasangan bupati dan wakil bupati. Menyisihkan 6 pasangan dengan satu putaran dengan kontestasi sengit menjadi kemenangan bergengsi.
Pilkada 2010 bagi Kabupaten Kotawaringin Timur adalah pilkada kedua, setelah pilkada langsung pertama yang dihelat pada 2005 silam.
Supian Hadi dengan latar belakang politisi muda yang saat itu beranjak usia 34 tahun, menjabat Ketua DPRD Kotim dan Ketua DPC PDIP Kotim, mantap mengandeng H Muhammad Taufiq Mukri yang saat itu telah pensiun dari pegawai negeri sipil (PNS). Taufiq Mukri memiliki pengalaman birokrasi yang sangat matang, puncak jabatan yang pernah diamanahkan diantaranya Kepala Bappeda, Asisten 2 merangkap Pelaksana Tugas Sekda.
Dwi tunggal SAHATI pertama, pada sisi hubungan politik, kedua tokoh ini tampak harmonis. Namun periode 2010 – 2015, kepemimpinan pasangan ini sempat terganggu. Namun bukan dipicu munculnya permasalahan antara Supian Hadi dan Taufiq Mukri, tetapi imbas prahara rumah tangga, bupati berpisah dengan istrinya. Meski demikian kepemimpinan SAHATI tetap solid.
Memasuki pilkada 2015, kedua tokoh perpaduan muda – tua kembali mendeklarasikan SAHATI jilid dua, dengan mengusung slogan Kita Masih Sahati. Kali ini peserta yang mengikuti kontestasi pilkada terdapat empat pasangan, salah satunya terdapat pasangan independen atau perorangan, namun dukungan suara ke SAHATI yang cukup besar dan keduanya kembali menang. Mereka dilantik untuk periode kedua masa bakti 2016 – 2021.
Dalam kurun waktu dua kali 5 tahun itu. Capaian keberhasilan pembangunan telah banyak dilakukan sebagai buah karya dari keduanya. Dinamika politik munculnya ketidakpuasan dari sebagian masyarakat, maupun sekelompok politisi, merupakan hal lumrah. Namun, kemajuan fisik yang dicapai terlihat secara kasat mata dan diperkuat oleh catatan statistik data, menjadi sebuah fakta.
Secara fisik, sejumlah bangunan monumental akan menjadi catatan sejarah kemajuan Kabupaten Kotawaringin Timur di era pemerintahan SAHATI. Pencapaian ini bukan untuk membandingkan dengan kepemimpinan bupati dan wakil bupati sebelumnya, justru melanjutkan pembangunan yang sudah dirintis para pendahulu tersebut.
Pembangunan Ikon Jelawat menjadi salah satu bangunan yang akan menjadi peninggalan pemerintahan era pasangan SAHATI. Pembangunan objek wisata kota di pinggir Sungai Mentaya itu sempat ditolak habis-habisan oleh sejumlah pihak karena dinilai membuang-buang anggaran yang tidak sedikit.
Namun konsep visioner Supian Hadi kini membuktikan bahwa objek wisata dengan ikon patung ikan jelawat yang merupakan maskot daerah ini, ternyata terbukti membawa dampak positif bagi sektor pariwisata. Ikon Jelawat kini menjadi kebanggaan dan banyak dikunjungi masyarakat lokal dan tamu yang datang.
Supian Hadi selalu berujar terkait polemik saat itu. Dia mengibaratkan menyiapkan kail yang bisa dimanfaatkan oleh siapapun untuk mencari ikan. Begitulah angan-angannya memulai menggalakkan sektor pariwisata, salah satunya dengan membangun Ikon Jelawat.
Selain Ikon Jelawat, ada pula bangunan lain yang akan menjadi peninggalan era SAHATI, seperti Taman Kota Sampit, Islamic Center, Bundaran Balanga dan bundaran lainnya di dalam Kota Sampit.
Pembangunan jalan dari Desa Cempaka Mulia Timur Kecamatan Cempaga menuju Kecamatan Seranau juga akan menjadi catatan tonggak kemajuan dua kecamatan di kawasan seberang yaitu Seranau dan Pulau Hanaut yang selama ini tertinggal dibanding kecamatan lainnya karena terisolasi jalan darat.
Pembangunan memang tidak hanya dilakukan di perkotaan, tetapi juga menjangkau kawasan pelosok. Bahkan di akhir masa jabatannya dan di masa pandemi COVID-19 ini, pasangan SAHATI masih membuat gebrakan dengan menggandeng 32 perusahaan besar swasta untuk membuka dan meningkatkan jalan ke desa-desa kawasan pelosok.
Desa Tumbang Gagu Kecamatan Antang Kalang yang selama puluhan tahun ini belum bisa diakses melalui jalan darat, kini sudah bisa dijangkau, bahkan menggunakan mobil. Tangis haru warga setempat karena kini mereka bisa menjumpai pemandangan mobil melintasi di depan rumah mereka.
Pembukaan dan peningkatan jalan diyakini menjadi sebuah keharusan untuk mendorong percepatan peningkatan perekonomian masyarakat hingga di kawasan pelosok. Ini menjadi dasar yang diharapkan akan terus dilanjutkan oleh pemimpin Kotawaringin Timur berikutnya.
Pencapaian gemilang di era SAHATI juga terekam dalam angka statistik, diperkuat fakta tak terbantahkan dengan berbagai prestasi yang diraih di level provinsi dan nasional. Penghargaan dan gengsi memang bukan tujuan, namun setidaknya itu menjadi pengakuan pihak lain atas kebenaran kemajuan yang telah dicapai.
Pembangunan dan membangun daerah memang tidak mengenal ada kata tuntas dan sempurna karena itu berkelanjutan dengan periode kemimpinan daerah selanjutnya. Namun apresiasi patut disematkan kepada pasangan SAHATI atas upaya besar memimpin daerah sehingga Kotim maju, hingga saat ini masih menjadikan kabupaten Kotim sebagai yang terdepan di Kalimantan Tengah. Terima Kasih SAHATI. Duet, Dwi Tunggal 10 tahun memimpin Kotim. (Abdul Hafid – Ketua Serikat Media Siber Indonesia Kotawaringin Timur)