Palangka Raya-jurnalborneo.co.id
Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat bersama Indonesia Anti Doping Organization (IADO) menggelar sosialisasi dan edukasi anti doping bagi atlet, pelatih, serta pengurus olahraga di Kalimantan Tengah.
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang mendalam terkait bahaya doping, sehingga para atlet dan pelatih bisa lebih berhati-hati dalam penggunaan obat-obatan.
“Kami ingin memastikan atlet, pelatih, dan pengurus olahraga paham betul soal obat-obatan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi. Jika terjadi pelanggaran doping, tidak hanya atlet yang dirugikan, tetapi juga pelatih dan daerah. Medali bisa dicabut, dan itu merugikan semua pihak,” ujar Ketua Bidang Sport Science dan IPTEK KONI Pusat, Lilik Sudawarti, Kamis (17/10).
Lilik menyebut, beberapa cabang olahraga seperti binaraga, angkat besi, menembak, berkuda, dan balap sepeda pernah terlibat kasus doping pada Pekan Olahraga Nasional (PON) sebelumnya. Kasus ini, menurutnya, terjadi karena keterbatasan pengetahuan atlet dan pelatih mengenai obat yang aman dikonsumsi.
“KONI Pusat ingin para atlet, terutama di Kalteng, memahami bahwa mereka adalah aset berharga yang harus dijaga,” tegas Lilik.
Sementara itu, Kepala Biro Perencanaan IADO, Panji, menambahkan bahwa pihaknya telah merilis daftar obat-obatan yang mengandung zat doping. Daftar ini diperbarui setiap tahun pada bulan Januari, dan diharapkan para pelatih dan pengurus selalu memperhatikan hal ini untuk menghindari sanksi doping.
“Kasus doping bisa membuat atlet trauma dan putus asa, seperti yang pernah terjadi pada atlet dayung putri Jawa Barat, Indri, yang tidak sadar obat pelangsing yang diminumnya mengandung zat terlarang. Ini menjadi pembelajaran bagi kita semua,” ujar Panji.
Wakil Ketua Bidang Prestasi KONI Kalteng, Rasad Samuel, menyambut baik kegiatan ini. Menurutnya, sosialisasi dan edukasi anti doping sangat penting untuk memastikan atlet berprestasi di Kalteng tetap bersih dari doping.
“Melahirkan atlet berprestasi memang tugas berat, tetapi mencegah mereka dari doping adalah keharusan yang tidak bisa ditawar,” kata Rasad. (Red)