SAMPIT, JurnalBorneo.co.id – Kelompok Tani (Poktan) di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan (MHS), Samuda, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) keluhkan pupuk subsidi yang sulit didapat.
Keluhan itu, disampaikan ketua Gapoktan Sejati Bersama, Desa Samuda Kecil, Zainudin. Pasalnya, dimasa tanam Oktober – Maret (Okmar) 2020-2021, pupuk bersubsidi sudah tidak ada di kios penyalur bersangkutan.
“Ada 8 Poktan di desa ini yang bertanam padi dengan luasan lahan tanam sekitar 300 hektare (Ha). Mereka mengeluh saat musim tanam pupuknya kosong,” jelasnya, baru-baru ini.
Padahal para poktan di tahun lalu, sudah membubuhkan tandatangannya mengajukan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok ( RDKK), yang diminta Petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) guna keperluan mendapatkan pupuk bersubsidi tersebut.
“Saat petani mulai musim tanam, keberadaan pupuk malah langka,” imbuhnya.
Meski pupuk langka, lanjut Zainudin, PPL-nya justru mau minta lagi tandatangan RDKK untuk pengajuan persiapan tanam tahun 2021- 2022 kepada para anggota poktan. Namun para petani merasa keberatan akibat jatah pupuknya juga sering tidak kebagian.
“Ada 3 kelompok yang memberikan tandatangan pengajuan, sedang 5 kelompok lainnya menolak,” ucap Zainudin yang juga menjabat Kaur Perencanaan Pembangunan Desa tersebut.
Masalah pupuk itu juga disampaikan desa tetangga lainnya, menurut, Ketua Gapoktan Berkat Usaha, Desa Samuda Besar, Muslihul Amin, sulitnya pupuk bersubsidi karena sering kosong turut dirasakan semua anggota taninya. Keadaan susahnya pupuk itu mulai terasa sejak tahun 2019 lalu, lebih-lebih bila saat musim tanam.
Bahkan, untuk menerima pupuknya, kata Muslihul Amin, semua ketua poktan diharuskan membuat kartu anggota untuk mendapatkan pupuk bersubsidi tersebut. Meski semua aturan dituruti, tapi bila saat mengambil pupuknya bisa-bisa tidak dapat.
Jika pun ada juga terbatas, paling 1-2 sak saja, mana mencukupi untuk memupuk luas lahan tanam anggota yang memiliki sebagain luasan tanam dua sampai tiga hektare, ujarnya sedih.
Hal itu juga dikeluhkan, ketua Poktan Bunga Padi, Desa Sebamban, Jangking. Dirinya menduga merasa sedikit janggal dan aneh dengan sering kosongnya pupuk bersubsidi itu. Hingga membuat petani kebingungan tidak bisa memupuk lahannya.
Padahal, kata Jangking, dibandingkan penyaluran pupuk di Kecamatan tetangganya Teluk Sampit lancar dan tiada kendala. Kenapa justru di Kecamatan MHS pupuknya malah tidak ada dan kosong.
“Kawan-kawan petani di sini bertanya-tanya pupuk itu diarahkan kemana, sementara kecamatan lain pendistribusiannya lancar aja,” ungkapnya miris.
Terpisah, penyalur pupuk bersubsidi yang juga pemilik Toko Usaha Tani, Samuda, H Wiyono mengaku, cukup lelah menangani penyaluran pupuk subsidi tersebut.
“Per 1 Januari 2021 sudah tidak menangani lagi. Keluarga yang menjaga tidak sanggup, karena terlalu banyak yang diurus,” kata Wiyono, yang juga menjabat Kepala BPP MHS, ketika dikonfirmasi dikantornya, Senin pekan lalu.
Untuk diketahui, dari catatan BPP Samuda, jumlah Poktan di Kecamatan MHS yang tersebar di 8 desa dan dua Kelurahan, sebanyak 79 Kelompok. Masing-masing kelompok berjumlah 25 orang anggota. Sementara luasan tanam padi tahun ini sebanyak 4.100 hektare. (tim)