Palangka Raya–jurnalborneo.co.id – Gubernur Kalimantan Tengah H. Sugianto Sabran mengajak semua kalangan, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh masyarakat, pemuda, untuk memerangi stunting.
“Kita semua, mari bersama-sama mencegah dan memerangi stunting,” ujar Sugianto.
Dia berbicara di Acara Hasupa Hasundau, yang diselenggarakan oleh Dewan Adat Dayak (DAD) Kalteng bekerja sama dengan Korem 102/Pjg, bertempat di Aula Berkah Makorem 102/Pjg, Selasa (31/1/2023).
Kegiatan Hasupa Hasundau ini bersama tokoh masyarakat, tokoh adat, dan tokoh pemuda ini mengangkat tema “Menjaga Persatuan & Kesatuan Menjelang Tahun Politik 2024”.
Sugianto menambah, stunting adalah persolan yang serius. Sehingga mendapat perhatian serius pula dari pemerintah dan masyarakat.
“Kita tidak ingin anak-anak kita yang mau masuk Akpol dan Akmil terkendala tinggi badan dan kesehatan. Jangan sampai cita-cita anak-anak kita terhambat,” kata Sugianto.
Dari info yang diterima jurnalborneo.co.id, stunting adalah masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak.
Stunting juga menjadi salah satu penyebab tinggi badan anak terhambat, sehingga lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya. Tidak jarang masyarakat menganggap kondisi tubuh pendek merupakan faktor genetika dan tidak ada kaitannya dengan masalah kesehatan.
Faktanya, faktor genetika memiliki pengaruh kecil terhadap kondisi kesehatan seseorang dibandingkan dengan faktor lingkungan dan pelayanan kesehatan. Biasanya, stunting mulai terjadi saat anak masih berada dalam kandungan dan terlihat saat mereka memasuki usia dua tahun.
Stunting menurut Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang diakibatkan kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang yang ditandai dengan panjang atau tinggi badan berada di bawah standar yang ditetapkan.
Sementara itu Plt. Kepala Perwakilan BKKBN Prov. Kalimantan Tengah Dr. Dadi Ahmad Roswandi menjelaskan progress upaya percepatan penurunan stunting di Kalimantan Tengah menurut data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 dan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 megalami penurunan sekitar sekitar 0,5 % yaitu SSGI tahun 2021 27,4 % dan SSGI 2022 turun menjadi 26,9 %.
Penurunan ini relatif lambat padahal Tim Percepatan Penurunan Stunting Tingkat Provinsi (TPPS) Telah menargetkan 15, 38 Persen di Tahun 2024, sehingga dibutuhkan kerja keras dan aksi kolaborasi lintas sektor guna memastikan percepatan penurunan stunting di seluruh Kabupaten dan Kota Se Provinsi Kalimantan Tengah.(ari)