Palangka Raya, Jurnalborneo.co.id – Pandemi Covid-19 yang melanda seluruh negara di dunia, termasuk di Indonesia turut berdampak terhadap eksistensi perusahaan media massa. Agar tetap mampu beroperasi, perusahaan pers perlu memiliki kiat-kiat tertentu di tengah kondisi demikian.
Rektor Universitas Palangka Raya (UPR) Dr Andrie Ellia Embang SE MSi berpendapat, keberadaan media massa tetap diperlukan dalam menjalankan fungsi kontrol sosial. Karena itu, perusahaan pers harus tetap eksis dan beroperasi.
Menurut Andrie Ellia, ada beberapa hal yang dijalankan perusahaan konvensional untuk mengantisipasi dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19 saat ini. Kiat-kiat tersebut juga bisa dijalankan perusahaan pers agar tetap bertahan di kondisi demikian.
Pertama, jangan berpikir pandemi ini sementara. Ini bisa 1-2 tahun. Bisnis yang terpuruk harus cari survival mode atau model bisnis baru, sebut Rektor UPR saat menjadi narasumber Diskusi Forum Pemimpin Redaksi (Pemred) tentang Masa Depan Bisnis Media yang digelar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kalimantan Tengah, di Neo Hotel Palangka Raya, Sabtu (11/7/2020).
Andrie melanjutkan, dalam analogi alam, makhluk yang survive bukanlah yang paling besar, kuat, kaya, tapi yang paling mampu beradaptasi. Karena itu, kemampuan adaptasi menjadi hal yang wajib dilakukan perusahaan pers.
Salah satu bentuk adaptasi itu adalah usaha secara korporasi maupun personal pekerja pers dalam meng-up grade kemampuan dengan perkembangan teknologi digital, termasuk dalam kemampuan menjual secara online.
Narasumber lain dalam diskusi ini, Yudo Herlambang dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Tengah, membenarkan besarnya dampak pandemi Covid-19 di berbagai sektor perekonomian.
Dijelaskan Yudo, sektor ekonomi yang terkontraksi dan berpotensi kalah akibat dampak flu Corona ini, di antaranya, turisme, angkutan dan maritim, otomotif, konstruksi dan real estate, manufaktur, jasa finansial, pendidikan, oli dan gas.

Sedangkan sektor yang potensial mampu bertahan dan bahkan berkembang, di antaranya
agrikultur, layanan elektronik (e-comerce), ICT, kesehatan, pengolahan makanan dan retail, suplai dan layanan produk-produk kesehatan.
Ditambahkannya, industri media massa termasuk sektor yang mengalami kesulitan akibat dampak pandemi ini. Untuk mampu bertahan, Dia menyarankan agar pengelola media massa harus mampu menciptakan permintaan dengan melakukan inovasi-inovasi yang kreatif.
“Kami juga beharap rekan-rekan media juga menciptakan permintaan dari instansi pemerintahan dengan tetap menjaga independensi dan fungsi kontrol sosial, sarannya.
Kegiatan itu sendiri dibuka resmi Gubernur, diwakili Kepala Inspektorat Kalteng H Sapto Nugroho. Dalam sambutan tertulisnya, Gubernur H Sugianto Sabran mengatakan pemerintah provinsi berkomitmen meningkatkan kerja sama kemitraan dengan media massa.
“Fungsi kontrol sosial media massa itu penting dalam pembangunan. Bagi kami, kritik merupakan hal lumrah, sepanjang tetap menjaga stabilitas sosial, sebut Gubernur.
Sebelumnya, Ketua PWI Kalteng M Haris Sadikin, dalam laporannya mengatakan, kegiatan ini digelar untuk menghimpun masukan-masukan dari para pemangku kebijakan di media massa maupun organisasi pers dalam menghadapi tantangan saat ini.
Kami mendengar banyak keluhan dari rekan-rekan wartawan tentang kondisi perusahaan media massa saat pandemi Covid-19 saat ini. Ada yang gajinya dipotong, operasional terhambat, dan lainnya, sebut Haris.
Dia berharap, seluruh elemen pers dapat saling bertukar informasi untuk mencari solusi menghadapi dampak Covid-19 terhadap eksistensi media massa saat ini.
“Sepanjang kita mau bersama, Insya Allah tantangan ini akan dapat kita atasi,” tandasnya. (shah)