PALANGKA RAYA, Jurnalborneo.co.id – Dalam masa pandemi Covid-19 ini, profesi dokter dan tenaga medis merupakan profesi yang paling rentan terpapar. Selain kedua profesi itu, ternyata profesi wartawan sama rentannya terpapar penyakit corona.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah dr. Suyuti Syamsul dalam acara seminar Pelatihan Meminimalkan Resiko Peliputan yang diakan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Kalimantan Tengah, Selasa (30/6/2020) pagi.
“Bagi wartawan, selain terpapar dari sisi kesehatan, berdampak juga dari sisi psikologis. Selama pandemi Covid-19, wartawan diliputi rasa ketakutan, kejenuhan, gerak menjadi terbatas, monoton dan tidak lagi turun ke lapangan baik untuk meliput maupun wawancara,” katanya.
Kalaupun harus meliput ke lapangan, lanjutnya, wartawan harus membekali dirinya dengan menggunakan masker, tetap jaga jarak dan setelahnya harus mencuci tangan di air mengalir seperti kran.
Disebutkannya, pandemi Covid-19 yang terjadi sejak beberapa bulan ini memberikan dampak buruk bagi perekonomian semua pihak termasuk bagi perusahaan media massa. Ada tiga dampak negatif bagi perusahaan media massa yakni mengancam keberlangsungan media massa, biaya produksi meningkat dan terjadi pengurangan karyawan/wartawan.
Dalam kesempatan itu, Suyuti menyarankan kepada masyarakat agar selama beraktifitas di luar rumah selama pandemi Covid-19 ini, jangan sekali-kali memegang atau menyentuh sekitar wajah.
“Istilah medisnya Danger Three Area yakni segitiga pada wajah, mulai mata, hidung dan mulut. Karena di area itu daerah sensitif penularan Covid-19,” terangnya. (fer/www.jurnalborneo.co.id )