SOSOK Rahmadi G Lentam sudah tidak asing lagi di mata masyarakat Provinsi Kalimantan Tengah, umumnya dan Kota Palangka Raya khususnya. Karir dan kiprahnya dalam dunia peradilan hukum di bumi Tambun Bungai ini tidak diragukan. Banyak kasus yang ditanganinya menang baik kasus pidana, perdata maupun korupsi, baik di tingkat Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi bahkan di Mahkamah Agung.
Sebagian orang menyebut, Rahmadi G Lentam merupakan advokat senior papan atas yang kelasnya sudah skala nasional bukan lagi kelas daerah. Dalam beracara di semua tingkat peradilan, sosok Rahmadi dikenal sebagai sosok yang keras, tegas dan tidak kompromi dalam mempertahankan argumen dan pembelaannya.
Namun ada yang berbeda dari biasanya yang dapat disimpulkan oleh penulis ketika berbincang-bincang dengannya di teras samping kantor Dayak TV, Jumat (19/6/2020) siang. Kesannya, sosok advokat ini lebih menikmati hidup, berserah penuh kepada KehendakNya (pasrah) dan tidak mengkuatirkan akan seperti apa kehidupan yang akan datang. Biarlah hidup ini mengalir seperti air dan saya menikmati hidup ini tanpa menilai, katanya dengan suara mantap.
Kata dan kalimat yang mengalir dari mulutnya selama dua jam lebih, penuh dengan ucapan syukur kepada Sang Pencipta Tuhan Yang Maha Kuasa. Terdengar, dari awal dan akhir percakapan, tidak ada sebersit satu kata dan kalimatpun yang keluar yang bernada penyesalan atas kehidupan yang telah dilaluinya selama ini dan sama sekali tidak ada nada hujatan terhadap lawan-lawannya. Yang ada sikap bersyukur dan berserah penuh kepada Sang Pencipta.
Dari tiga topik yang dibincangkan, Rahmadi selalu menyelipkan kalimat-kalimat bijak yang penuh makna pada setiap topiknya. Disaat penyampaiannya, selalu ada penekanan-penekanan intonasi pada kalimat filosofi tersebut, seolah-olah tidak mau kalah dengan suara derasnya hujan yang turun siang itu bahkan tidak mau kalah dengan suara keras menggelegarnya suara petir yang sesekali terdengar seakan-akan ingin turut nimbrung bicara.
Bang Rahmadi, demikian biasa disapa, diawal percakapan mengungkapkan apa yang akan dia sampaikan dan ceritakan sebetulnya tidak untuk mengingat. Tidak dalam artian untuk memberi nilai kehidupan yang dilewati begitu sakit. Karena itu kalau akhirnya ia mau bercerita itu untuk memberi motivasi kepada yang lain.
“Buat aku tuh aku sudah menjauhkan sama sekali yang namanya keinginan,” ucapnya. Rahmadi selalu menyebut dirinya dengan kata aku.
Dalam mencapai cita-citanya, Rahmadi Kecil melalui pendidikan sekolah dasarnya di SDN Pahandut 1 Kota Palangka Raya. Karena keadaan, kemudian ikut kedua orangtuanya pindah ke kampung yakni ke Desa Panjehang Kecamatan Rakumpit, sebuah kampung yang berada di tepian Sungai Rungan. Di sini, dia melanjutkan pendidikan di SMP 1 Tangkiling. Setelah lulus sekolah menengah pertama, Rahmadi kembali lagi ke Kota Palangka Raya untuk melanjutkan di SMAN 1 Palangka Raya. Baginya, peristiwa ini unik bagaikan arus air, dari atas menuju ke bawah.
Kelulusannya dari sekolah menengah atas, rupanya menjadi momentum yang merubah kehidupannya. Dengan tekad kuat dan penuh percaya diri, Rahmadi muda menetapkan cita-citanya untuk menjadi seorang advokat/pengacara. Bukan sekedar advokat biasa tapi menjadi advokat yang andal dan sepenuh hati membela klien.
Menurutnya penegakan hukum harus berjalan lurus, tidak boleh ada pesanan apalagi intervensi. Prinsipnya, hukum itu untuk manusia dan kemanusiaan. Dengan keyakinan itu, dia menetapkan untuk masuk ke Fakultas Hukum di Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) di Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan. Magister Hukum yang disandangnya juga dari kampus yang sama. Saat ini Rahmadi sedang menyelesaikan kuliah Strata Tiganya (S-3) untuk meraih titel Doktor Hukum di Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang.
Di saat menjalankan profesinya sebagai advokat, dia tidak pernah memilih-milih klien. Baginya semua sama rata. Begitu juga mengenai pembayaran jasa pengacara oleh klien itu bukan yang utama tapi yang berikutnya. Rahmadi berkeyakinan, rejeki adalah kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Keyakinan itu dia dapat dari kitab suci yang dibaca dan dipedomaninya bahwa Tuhan itu mencintai orang yang bersungguh-sungguh mencintai pekerjaannya.
Setelah malang melintang berpuluh-puluh tahun di dunia peradilan, Rahmadi mencoba terjun ke dunia politik. Menjadi pengurus partai politik dan pernah mengikuti pemilihan legislatif tingkat provinsi. Baginya, dunia politik memiliki keindahan tersendiri. Dia menemukan keindahan di dalam politik dikala melihat orang-orang saling berebut syahwat kekuasaan dan disaat mengamati tingkah petualang-petualang politik.
Sebaliknya, dia sangat benci bila politik dirusak dengan saling merendahkan, saling mencaci maki bahkan saling menghina hanya untuk sekedar menjatuhkan lawan politik. Dia berprinsip, siapapun yang memenangi perebutan kekuasaan di dunia politik itu merupakan kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa. Kalah-menang hal yang biasa. Etika politik yang santun dan bermartabat harus dijunjung.
Dalam fase ini, Rahmadi menyadari bahwa Tuhan belum memberikan kesempatan kepada dirinya untuk menjadi legislator di DPRD Provinsi Kalimantan Tengah. Dan dia mengambil hikmah positif atas kegagalan itu yakni menyikapinya dengan tidak melampiaskan amarah dan sumpah serapah serta tidak memposisikan semua orang jadi lawan. Dalam setiap kali amarahnya datang, Rahmadi tidak berusaha menghambatnya tapi yang dia lakukan adalah memahami kenapa marah dan apa resiko dari sebuah kemarahan yang tumpah terhadap diri dan orang lain, sehingga amarah itu sirna dengan sendirinya.
Namun, rupanya Tuhan mempunyai kehendak lain bagi Rahmadi di dalam dunia perpolitikan dan kekuasaan di Kalimantan Tengah. Tanpa diduga dan direncanakan, Rahmadi ditunjuk menjadi salah seorang anggota Tim Percepatan Pembangunan Kalteng Berkah oleh Gubernur Kalimantan Tengah H. Sugianto Sabran. Bahkan diangkat dan dipercaya menjadi Ketua Tim tersebut padahal semua orang tau bahwa Rahmadi pernah berseberangan dengan Gubernur Sugianto Sabran. “Itulah kebesaran hati dan jiwa yang dimiliki oleh bapak Gubernur Kalteng H. Sugianto Sabran yang tidak menganggap saya lawannya walaupun pernah berseberangan politik dan pernah menggugat di MK. Dan terpilihnya saya menjadi ketua tim bukan karena saya lebih baik dari anggota tim yang lain tapi karena saya dinilai lebih banyak punya waktu luang,” katanya merendah.
Mantan wartawan Kalteng Pos di era sembilan puluhan ini menyampaikan bahwa saat ini Gubernur Kalteng H. Sugianto Sabran sedang fokus pada tiga hal, pertama memutus mata rantai penyebaran Covid-19 dan memitigasi dampaknya. Kedua, mengamankan kebijakan strategis nasional, Kalteng sebagai penyanggah ketahanan pangan nasional (food estate) dan yang ketiga, menyiapkan pelaksanaan Pilkada serentak tahun 2020.
Mengenai Pilgub yang akan datang, Rahmadi menyampaikan pandangannya, pilgub merupakan sebuah proses maka biarkan berjalan dengan baik, silahkan rakyat menentukan pilihannya dengan santun. Yang perlu dikawal adalah bagaimana pilgub mengedepankan nilai-nilai kemanusian, etika politik yang santun, jauhi saling menghujat hanya untuk sekedar menjatuhkan. Bagaimanapun hasilnya, siapa saja yang terpilih itu kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa. Karenanya rakyat harus patuh dan taat kepada pemimpin yang terpilih.
Diakhir bincang-bincangnya, Rahmadi menyampaikan prinsip tentang hidup beradat yang didapat dari almarhum ayahnya, hidup beradat itu diumpamakan seperti pohon Beringin yang berbuah lebat. Burung-burung berdatangan dan hinggap untuk makan dan minum sekaligus buang kotoran di atasnya. Setelah puas, burung-burung itu beterbangan dan buah pohon Beringin itu habis. Meski demikian, pohon Beringin itu justru bahagia, dia tidak menilai yang datang maupun yang pergi dan tidak menjenguk. Artinya, hiduplah kamu dengan banyak kawan dan buatlah mereka senang bergaul dengan kamu. Jangan kamu menilai keinginan dan niat kawan-kawanmu yang datang kepadamu, anggap kedatangan mereka karena rasa sayangnya ke kamu. Kemudian ketika kamu meninggal dunia, semua orang menangisi kematianmu seolah-olah merasa dunia ini mau kiamat.
“Semua orang yang datang ke saya, Tuhan yang menggerakkan. Kenapa saya harus menilai niat dan keinginan mereka. Jangan ada prasangka buruk, serahkan semuanya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Mungkin Dia ingin menguji kepasrahan dan keimanan kita,” tutupnya. (frg)