PALANGKA RAYA, JurnalBorneo.co.id – Tensi politik Pilkada Kalimantan Tengah menjelang pendfataran bakal calon di KPU Kalteng akhir-akhir semakin meningkat.
Dua pekan jelang pendaftaran di KPU Kalteng yang dijadwalkan 4-6 September mendatang, tidak ada satupun partai politik mengumumkan bakal calonnya yang akan berlaga dalan Pilkada yang akan dihelat 9 Desember 2020 mendatang.
Pengamat Sosial Politik dari Universitas Muhammadiyah Palangka Raya (UMP), Zaky Farid, ketika diminta tanggapannya mengatakan PDIP menjadi kunci dalam pengumuman bakal calon yang berlaga.
“ Ya saya kira PDIP masih ‘seksi’ dia jadi pusat perhatian. Matematika politik partai lain sepertinya menanti rekom PDIP dulu,” kata Zaky.
Faried Zaki
Dijelaskan dosen UMP ini, PDIP akan menjadi menjadi game changer dalam pilkada kali ini. Jadi tidak mengherankan mereka memainkan strategi secara optimal. Semua partai pasti akan melihat siapa dulu yang bakal direkom PDIP yang terlihat menyimpan rapat jagoannya yang akan berlaga di Pilkada Kalteng. Bahkan terakhir pada tanggal 11 Agustus lalu DPP PDIP hanya menyeleksi 17 bakal calon Wagub, sementara yang menjadi Bakal Cagub masih misteri.
Apakah mendukung Petahana H Sugianto Sabran, atau Riban Satia yang sudah gembar gembor menggunakan perahu PDIP. Atau memilih bakal calon lain di luar 2 nama itu.
“Saya kira mata angin akan fokus kepada Riban dan Sugianto. Secara kapasitas figur bisa saja mereka berdua berpeluang mengubah arah jalan peta politik menuju pendaftaran di awal Bulan september,” katanya.
Menurut Zaky, selama ini PDIP sepertinya akan konsisten sebagai one party show. Sudah terbiasa bertarung sendirian. Makanya penuh dengan strategi. Sementara partai lain di luar PDIP saya kira umum saja koalisinya akan pragmatis. Koalisi tanpa ideologi alias koalisi nano-nano.
“Saya kira faktor Covid-19 juga yang menyebabkan para aktor politik kita di Kalteng untuk menghitung matematika politiknya secara cermat,” tambah Zaky.
Selain itu juga faktor pimpinan partai politik di pusat juga memainkan perannya. Kita sudah mafhum selama ini kandidat melakukan gerilya politik secara intens di Jakarta untuk mendapatkan rekom.
“Karena PDIP secara nasional sedang mengincar hat trick pada Pileg dan Pilpres 2024, sehingga cermat sekali dalam menyusun peta kepala daerah,” tambah Zaky. (hs)